06.30
JAM 00.00 WIB
Disebuah kamar loteng yang amat sangat berantakan, seorang pria kurus berumur 24 tahun terlentang dalam keadaan mabuk terus menerus dihantui perasaan takut. Halusinasi dan bisikan-bisikan terdengar memekakan telinganya,
“Elu harus buang !”
“Elu harus buang kesialan elu !”
“Dasar sial, Lu!”
“Sampah, Lu!”
“Kapan mau berubah, Lu!”
“Elu harus buang, Elu harus buang kesialan Elu !”
Pria itu bangkit, namun terpeleset dan jatuh, bangun lagi jatuh lagi. Dipegang nya sebuah tali yang ternyata kabel setrikaan yang jatuh menimpa kepalanya, merangkak mencoba memegang kain taplak meja dan semua yang diatas meja pun berjatuhan menimpanya.
“Elu harus buang !”
“Elu harus buang kesialan elu !”
“Dasar sial, Lu!”
“Sampah, Lu!”
“Kapan mau berubah, Lu!”
“Elu harus buang, Elu harus buang kesialan Elu !”
Mencoba merangkak dan menggapai pintu, akhirnya bisa berdiri berpegangan pada handle pintu, mencoba membuka kunci, patah. Pria itu menggapai jendela yang terbuka, susah payah bisa keluar juga. Dia muntah memuntahkan semua isi perutnya yang hanya terisi air, cairan kekuningan keluar deras dari mulutnya dan berceceran ke jalan sebagian ke tempat sampah.
Pria itu akhirnya pingsan di teras loteng.
JAM 04.15 WIB
Ditengah suara Adzan Subuh, seorang anak gelandangan dekil berumur 9 tahun (x), dia letih dan kelaparan. Mengais-ngais sisa makanan di tempat sampah di depan rumah dibawah kamar loteng itu. Dia menemukan bekas kaleng minuman yang terisi air, dia meminumnya. Dia pun tertidur.
JAM 06.30 WIB
Pagi yang cerah, gang depan rumah itu mulai ramai oleh orang lalu lalang. Anak-anak SD berjalan beriringan penuh canda. Pintu rumah itu terbuka, anak “X” masih tergeletak di situ. Pemilik rumah, wanita setengah baya terus mengomeli kelakuan anaknya (yang masih pingsan di teras loteng) yang selalu mabuk dan begadang tanpa ia tahu kalau si anak telah pulang dan mengalami sesuatu semalam.
“Dasar anak tidak tahu diri, sudah menganggur kerjaannya mabuk, tiap hari mabuk. Orang tua nyari duit hanya habis buat mabuk. Mau jadi apa? Kalau sekarang saja sudah jadi sampah. Orang lain berangkat kerja, sekolah eh.. ini enggak tahu kemana.”
Kemudian dia melihat anak “X” yang masih tertidur lelap di teras rumahnya,
“Ini siapa lagi, ada anak gelandangan tidur, ngotor-ngotorin teras rumah aja, Hei bangun….!…bangun…! “
Sambil merojok anak itu dengan sapu, “X” masih terlelap.
“Kayaknya kudu dikasih pelajaran nih anak, gua mandiin kapok, Lu!
Tergopoh-gopoh wanita itu masuk kembali ke rumahnya, sejenak kemudian kembali dengan membawa seember air. Dengan kedua tangannya, ember itu diayun ke atas untuk menyiram “X”. Tapi malang, wanita itu terpeleset dan terjatuh, kepalanya membentur lantai keras sekali. Terlihat darah menggenang di lantai. Orang yang berlalu lalang langsung kaget dan mengerubungi. Anak “X” terbangun dan beranjak pergi. Wanita itu mati.
JAM 07.10 WIB
Disebuah halaman SD, anak-anak berlarian menuju kelasnya seiring lonceng. Penjaga sekolah sudah siap mendorong/menutup pintu gerbang sekolah yang sudah agak macet dan karatan. Sambil matanya tertuju pada wanita penjual gorengan di luar tembok batas sekolah.
“Mpok, udah nemu jawabannya ?”
“Yang mana, Bang?”
“Yang entu tuh, ajakan aye kemarin. Aye khan udah lama jadi duda, Mpok juga khan lama menjande.”
“Oh, yang entu, Bang, gimane, ye?”
Pada saat yang bersamaan anak “X” dengan gontai masuk dan memandangi bangunan sekolah. Pikirannya menerawang dengan segala keinginan, Andai Ia Bisa Seperti yang lainnya…..
Dari arah belakang, seorang anak SD agak gemuk (sepertinya anak orang berada) berlari tergesa-gesa dan menubruk “X” yang sedang menghayal, keduanya terjatuh. Si anak SD marah dan menghampiri “X”
“Dasar Lu, dekil, halangin jalan Gue. Mau gue hajar Lu!”
Sambil mendorong si “X”. Keduanya terlibat dorong-dorongan. Penjaga sekolah masih terlibat dengan canda tawa dengan Mpok penjual gorengan.
Si anak SD mengambil batu, mau dipukulkan ke “X”, “X” lari ketakutan
“Gue pukul pake batu, nyaho Lu!”
Si anak SD berlari mengejar, namun ia terjatuh persis di tengah lintasan pintu gerbang. Pada saat yang bersamaan, tetap sambil bercanda, Si penjaga sekolah mendorong pintu sekuat tenaga tanpa melihat apa yang sedang ada di sana, dan krekkkkk si anak SD lehernya terlindas pintu pagar. Anak SD itu mati.
JAM 08.00 WIB
Seorang Petugas kebersihan dengan sekuat tenaga menahan laju gerobaknya di jalan yang menurun. Pada seseorang yang lewat ia meminta bantuan,
“Pak, tolong ganjelin roda geribak aye dong. Aye mau ngambil sampah di tong entu tuh”
“Temennya mana, Bang?”
“Lagi cuti, Pak. Istrinya ngelahirin”
“Oh…, jadi sendirian nih?”
Sambil mengganjal ban roda gerobak dengan balok kayu.
“Iya, Ma’ kasih, Pak”
Pada saat itu, “X” sedang mengais sisa makanan di tong sampah yang dimaksud (berada di tengah jarak turunan itu). Dia mendapatkan apa yang dicarinya ketika Petugas Kebersihan itu menghampirinya.
“Udeh, Tong. Ini sampah mau gue angkut”
Si “X” tidak menggubrisnya, karena makanan itu hampir didapatnya.
“Elu denger kagak, Tong. Minggir Lu, ganggu kerjaan gue aja”
Sambil mendorong, Si “X” terpelanting. Petugas sampah itu bersiul mengangkat tong sampah. Tanpa di duga ganjel kayu terlepas karena beratnya gerobak yang dipenuhi sampah. Gerobak itu meluncur ke arah petugas sampah tanpa disadarinya.
Brakkkkk….. Petugas sampah tertabrak dan tergilas gerobak itu. Dia pun mati.
JAM 09.30 WIB
Pertokoan itu sudah agak ramai. Salah satunya baru buka. Seorang pegawai toko kelontongan sedang membersihkan kaca etalasenya. Disebelah toko itu pada bangunan yang sama pintu garasi terbuka, sebuah mobil box berusaha mundur untuk keluar.
“Mat, bantu parkirin dong, aku mau keluar nih. Disuruh bos nganter barang”
Kata si supir ke penjaga toko.
“Oke, tahan dulu banyak yang lewat, tuh”
Si “X” datang dan memandang isi etalase dengan menempelkan wajah di kacanya.
Penjaga toko yang sedang membantu supir, membentak,
“Apa-apan, Lu, dekil. Pergi Lu. Jangan ngotorin di situ.”
Menghampiri berusaha menangkap si “X”, anak itu berkelit, mencibir dan meludahi etalase. Penjaga toko yang hampir tersungkur, naik pitam.
“Sialan, Lu. Awas gue hajar baru nyaho Lu!”
Penjaga toko mengejar, “X” berlari melewati mobil yang belum berhasil keluar itu. Penjaga toko tepat di belakang mobil itu ketika mpbil itu berhasil mundur. Dia tertabrak dan tergilas mobil itu.
“Mat, gimana? Jalannya udah kosong belum?”
“Mat ! kemana sih Lu?”
Tidak ada jawaban, Si Penjaga toko menghembuskan nafas terakhir di kolong mobil.
JAM 12.30 WIB
Saat pegawai kantor istirahat siang, jalanan yang dipenuhi pedagang kaki lima diserbu pencari makan.
Di salah satu warung nasi tenda kaki lima, kesibukan itu terasa. Pemilik warung wanita berumur 40 tahunan dengan seorang pegawainya disibukkan banyaknya pesanan.
Si “X” yang kelaparan, mengendap-endap mengintip isi dapur. Matanya tertuju pada sepiring ayam goreng yang ada di atas meja. Tangan kecilnya menggapai, dapat satu dan lari. Ibu pemilik warung tahu dan mengejarnya sambil mengacungkan sendok sayur.
“Maling, maling!”
“Hei maling, mau lari kemana Lu?!”
Si “X” berlari melintasi jalan, Si Ibu tetap mengejar tanpa memperhatikan kondisi lalu lintas. Sebuah sepeda motor melaju kencang, tanpa sempat mengerem menabrak tepat si pemilik warung. Sendok sayur itu terlempar meninggalkan jasad pemilik warung yang bersimbah darah.
JAM 14.00 WIB
Lonceng berdentang menandai bubarnya sekolah sebuah SMU. Si “X” terpekur merenungi nasibnya di sebuah pojok jalan. Beberapa saat kemudian ketika suasana mulai sepi, Sepasang siswa-siswi SMU lewat di depannya. Si “X” menyodorkan tangannya ke si siswi, si siswa menghardik.
“Masih kecil sudah jadi preman, ntar mau jadi apa, Lu?”
Si “X” menjulurkan lidah, menyodorkan pantat dan berlari. Si Siswa (1) mengambil batu dan melemparkannya. Anak itu mengelak dan batu itu mengenai pelipis salah seorang dari sekelompok siswa dari SMU lain.
“Kurang ajar, mau cari gara-gara lu, ya?”
Si Siswa (1) terkesiap dan terlalu terlambat untuk meminta maaf dan memberi penjelasan. Kelompok itu (sekitar 10 orang) tanpa banyak bicara langsung menghajar Siswa (1) si siswi menjerit-jerit ketakutan. Salah seorang dari kelompok itu mengeluarkan obeng. Entah apa yang terjadi akhirnya.
JAM 15.30 WIB
Adzan Ashar sudah berlalu, di sebuah perumahan yang tidak begitu ramai. Sebuah rumah dengan pekarangan yang cukup luas, beberapa anak kecil bermain warung-warungan (dadagangan). Si ayah mengomeli pohon rambutan kesayangannya yang diserang hama dan ulat. Dia menyiapkan obat dan racun hama cair berwarna coklat dalam botol, dan mulai mencampurkannya dengan sedikit air di sebuah wadah.
Istrinya yang cantik membawakan satu botol air dingin dengan gelasnya yang masih kosong.
“Mau sekalian dituangin, Bang?”
“Gak usah, simpan aja di situ. Heran kenapa ulat-ulat ini hobinya merusak pohon orang.”
Dia terus mengomel dan menyumpahi si ulat. Si istri tersenyum dan meletakan botol dan gelas yang masih kosong di dekat peralatan si suami. Anak-anak kecil itu terus bermain.
Si Suami menangkap satu ulat, menyundutnya dengan rokok dan menginjaknya.
Si “X” menghampiri dan mencoba mengamen untuk mendapatkan uang dari orang itu. Nyanyiannya disambut sumpah serapah dan usiran dari pemilik rumah yang masih dipusingkan dengan ulat-ulatnya.
Tenggorokan orang itu terasa kering dan meraih gelas, menghabiskan tanpa memperhatikan isinya. Dia merasakan rasa air yang menyengat, dilihatnya botol minuman masih utuh dan melihat wadah tempat mencampur racun ulat telah kosong. Matanya menoleh ke anak-anak yang sedang bermain itu, mereka tertawa-tawa. Salah seorang berkata pada temannya.
“Kamu baik ya, Ta. Udah nyiapin minuman buat papa kamu.”
Si pemilik rumah langsung kelojotan, sejenak kemudian mulutnya berbusa.
JAM 17.00 WIB
Suasana keramaian taman kota. Sore yang indah.
Anak-anak kecil ditemani orangtuanya bermain dengan gembira, menikmati aneka mainan dan dagangan di taman itu.
Si “X” terduduk lesu di pojok taman. Seharian ini terlalu banyak peristiwa yang dilaluinya dan dia tetap lapar.
Seorang anak perempuan kecil menghampirinya, dia menyodorkan makanan dan air minum kemasan pada si ”X” yang menerimanya dengan perasaan tidak menentu . Anak kecil itu kemudian berlari ke orang tuanya.
“Udah dikasihin, sayang?”
“Udah, Ma!”
“Kita harus mengasihi sesama, kalo ada orang yang kelaparan maka kita harus memberinya makan.”
Si “X” kemudian dengan lahap menghabiskan makanan dan minuman itu. Si “X” yang kekenyangan akhirnya tertidur di pojok taman di selimuti suara Adzan Maghrib.
JAM 00.00 WIB
Ketika lonceng jam kota berdentang 12 kali, Si “X” terbangun. Keringat bercucuran di tengah udara dingin. Ia mengingat kembali mimpinya, ia dikejar-kejar orang-orang yang ditemuinya sepanjang hari tadi.
Ia kemudian berdiri dan buang air kecil di atas sampah sampah yang berserakan di pojok taman. Ia pergi lagi setelah merasa lega,
JAM 04.30 WIB
Orang gila yang kelaparan mengais-ngais sampah mencari makanan di pojokan taman. Ia menemukan kaleng minuman yang terisi air dan diminumnya. Ia pun tertidur.
JAM 06.30 WIB
Saat taman kota sedang ramai oleh orang-orang yang sedang berolah raga. Mereka dikagetkan dengan sesosok mayat petugas taman kota yang tergeletak berlumuran darah. Tampaknya ia menjadi korban tabrak lari.
Bersambung…………….
Rabu, 03 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar